Penyebab adanya titik nol palsu.

5 Des 2018 0 comment

"Halo kegagalan, sekarang aku memanggilmu dengan lantang

Aku akan menghadapimu kapanpun engkau datang
Aku menyambutmu dengan senang"

Kamu merasa gagal? Sama! Semua orang pernah merasa gagal. Pernah merasa tak pernah sesuai dengan ekspektasi atau standar. Tapi... semua orang memang terlahir untuk gagal.
Pernah merasa, mengapa sebagian orang dengan mudahnya sukses? Mengapa orang-orang yang sekarang jadi motivator bisa bangkit dari hal yang buruk dan sukses? Ah.. mungkin emang nasibnya baik.

YA MEMANG!!!

Nasib mereka baik. Jadi sukses itu nasib! Jadi gagal juga nasib!
Semua orang mendapat nasib yang sama. Kenapa orang jadi sukses? Karena nasibnya! Kenapa orang selalu gagal? Karena nasibnya!

Semua orang yang pernah gagal, mempunyai kesempatan untuk bernasib sukses! Mungkin kesempatanmu sebentar lagi. Bekerjalah lebih keras lagi. Untuk hari ini,untuk esok hari. Tak usah kau pikir lusa, yang paling dekat denganmu itu esok! Mungkin esok nasib akan berpihak padamu. 

Dan yang sukses? Yah.. siapa tau yang sudah sukses tiba-tiba mendapat nasib buruk dan mendapat sedikit rintangan dalam hidupnya. Maka dari itu, jika sudah sukses, jangan lupa diri. Teruslah bekerja dengan hati senang. Ingat! Hati senang.

Semua orang punya nasib dan kesempatan yang sama. Jika kamu tidak terlahir menjadi orang kaya, mungkin di masa tua mu atau nanti anakmu akan terlahir menjadi orang kaya. 

Terima nasibmu, bersyukur, dan bekerja!

dengan hati senang, kuucap salamku.

Semoga selalu bahagia!

2 Des 2018 0 comment

Halo, kembali lagi dengan aku yang mencoba positif.

Disini aku akan menulis dari sudut pandang seseorang yg kadang merasa negative.
Aku lupa kapan terakhir being so negative. Aku mencoba untuk selalu positif akhir-akhir ini. Walaupun tetap saja aku sendirian.

Aku merasa, saat aku gak bilang aku sendirian, maupun saat bilang aku merasa kesepian, gak ada orang peduli. Simply, mereka cuma mau berteman karena eksistensi ya perhaps.
Aku butuh seseorang yang mau merangkulku. Menerima aku dan menjadikanku bagian hidupnya. Aku menginginkan teman semacam itulah. Tapi sejauh ini tak ada.
Bukannya aku menjaga jarak, aku hanya tak bisa berbasa-basi.
Hmm lalu orang-orang menyalah artikan.

Dari situ aku berpikir..
Saat ada yang depresi, mereka diam dan menjatuhkan. Eh bukan menjatuhkan.. tapi menghakimi. Apalagi yang depresi itu orang lingkungannya. Wahhh langsung deh tuhhh hakim-hakim bermunculan. Tapiiii kalau orang depresi itu melakukan hal yang ditakutkan, berbondong-bondong hakim ini prihatin. Try to reach 'em menunjukkan simpati. LIKE WHAT?

Apaan sih..